ARTIKEL
KABUT ASAP
Kebakaran hutan di Indonesia tahun ini diyakini akan
mencatat rekor sebagai yang terparah dalam sejarah. Penyebabnya adalah fenomena
el Nino yang membuat kondisi cuaca mengering dan memperpanjang kemarau.
Setiap
tahun Indonesia dilanda kebakaran hutan dan kabut asap. Tapi tahun ini polusi
udara yang disebabkan kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan bisa mencatat
rekor baru. Badan Antariksa Amerika Serikat NASA, mewanti-wanti musim kemarau
yang panjang akan mempersulit upaya pemadaman. Api yang mendekap kedua pulau di
tanah air itu berpotensi menjadi yang paling parah dan paling lama menyusul
fenomena El Nino yang membuat kondisi cuaca menjadi lebih kering dan menghambat
turunnya hujan.
Ilmuwan
NASA meyakini, situasi tahun ini serupa dengan tahun 1997 yang tercatat sebagai
bencana kabut asap paling parah dalam sejarah. "Kondisi di Singapura dan
tenggara Sumatera serupa dengan 1997.Jika perkiraan cuaca yang memprediksi
kemarau panjang bertahan, ini akan membuat kabut asap 2015 termasuk yang paling
parah dalam sejarah.
Sementara
itu pemerintah Indonesia sejauh ini telah menurunkan 20.000 tentara, polisi dan
pemadam kebakaran ke Sumatera dan Kalimantan. Harapan terbesar buat memadamkan
api adalah dengan datangnya musim hujan.
Untuk
beberapa daerah di Riau, jarak pandang bahkan hanya mencapai angka 30 meter.
Ini misalnya terjadi di Kabupaten Pelalawan. Sementara jarak pandang di
Pekanbaru mencapai 50 meter, di Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu
sejauh 100 meter, dan Dumai 200 meter.
Ukuran tersebut sangat tidak normal karena jarak pandang di Riau
mestinya menyentuh minimal angka 1.000 meter ke atas.
Badan
Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan kabut
asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti wilayah Riau makin tebal
dalam beberapa hari terakhir. Saat ini kabut asap yang terpantau semakin tebal,
akibatnya sejumlah daerah seperti Kota Pekanbaru dan Rengat, Kabupaten
Indragiri Hulu, jarak pandang hanya 100 meter
Pantauan
BMKG menunjukkan bahwa kabut asap pekat juga menyelimuti wilayah Pelalawan dan
membuat jarak pandang turun menjadi sekitar 200 meter. Sementara jarak pandang Kota Dumai terpantau
lebih baik, sekitar 800 meter.
Kabut
asap yang menyelimuti Pekanbaru makin tebal dalam 48 jam terakhir. Kemarin
kabut asap membuat jarak pandang di Pekanbaru berkisar antara 400 meter hingga
1.000 meter dan bertambah buruk sehingga jarak pandang hanya 100 meter.
Menurut
BMKG ada 674 titik panas yang terpantau di enam provinsi di Sumatera. Titik
panas terbanyak terpantau di Sumatera Selatan (607 titik), Jambi (37 titik),
Lampung (14 titik), Bangka Belitung (11 titik) dan Kepulauan Riau (satu titik).
Di Provinsi Riau, BMKG mendeteksi empat titik panas.
Kepala
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger menyatakan kabut asap
yang menyelimuti Riau berasal dari provinsi tetangga seperti Sumatera Selatan
dan Jambi.Meski kabut asap di Riau masih tebal, titik panas di provinsi itu
justru bukan yang terparah. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), titik panas terbanyak berada di Sumatra Selatan dengan jumlah
384 titik. Sementara di Riau hanya tercatat satu titik panas saja., Jadi kabut
asap di Riau sebenarnya kiriman dari Sumtera Selatan.
Dampak Kabut Asap
Kabut asap semakin pekat akan menimbulkan dampak
buruk bagi kesehatan, terutama pernafasan. Masyarakat korban kabut asap
disarankan untuk tertib minum obat karena akan membantu 30 % penyembuhan.
Ketua
tim kesehatan dari Rumah Sakit Eka Hospital Subianto mengatakan, terkait
kondisi cuaca yang belum membaik saat ini, ia mengingatkan ke warga agar
menggunakan masker untuk kegiatan di luar rumah. Tipsnya jika sudah terkena
infeksi harus minum obat karena dapat membantu sekitar 30 % tapi yang terpenting
yakni pencegahan karena dampaknya bisa 50 %. Pencegahan ini seperti minum
suplemen, contohnya minum vitamin C yang harganya tidak terlalu mahal
Subianto
menjelaskan, sebagian besar pasien mengeluh atas penurunan kondisi saluran
pernapasan sejak satu bulan terakhir.
Jika dilihat secara rata-rata, sebagian besar pasien menderita infeksi
saluran pernapasan sedang, belum bisa dikatakan akut. Ada yang sudah akut tapi hanya satu hingga
dua orang saja. Kemudian sakit lainnya yakni iritasi mata dan alergi kulit.
Kondisi infeksi saluran pernapasan ini, sebagian besar menimpa balita dan dan
lansia. Persoalannya mengapa penyakit ini agak sulit disembuhkan karena anak
kecil biasanya menelan dahak, sementara lansia kesulitan mengeluarkan dahak.
Penderita
penyakit akibat asap di Riau terus bertambah. Dinas Kesehatan mencatat, saat
ini penderita penyakit akibat kabut asap menembus angka 70.083 penderita.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang mendominasi
penyakit asap. Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat penderita ISPA mencapai
58.697 orang. Kemudian pneumonia
berjumlah 990 orang, asma 2.175 orang, iritasi mata 3.383 orang, dan gangguan
kulit 4.298 orang. "Penyakit paling banyak yang ditimbulkan asap berada di
Pekanbaru dengan 14.166 penderita," ujar Koordinator Tim Media Center
Dinas Kesehatan Provinsi Riau Roziah Rossi.
Dinas
Kesehatan Provinsi Riau mendesak pihak swasta untuk membantu menangani penyakit
asap. PT Mitra Unggul Pusaka (PT MUP) anak perusahaan Asian Agri terus
melakukan pengobatan gratis di Desa Segati dan Desa Sotol. Pengobatan
dilanjutkan ke Desa Penarikan dan Desa Padang Lawas Kecamatan Langgam Kabupaten
Pelalawan, Riau.
Asap
yang sudah cukup lama menyelimuti sebagian besar Pulau Sumatera tentu saja
mengakibatkan kesehatan masyarakat terganggu, khususnya gangguan ISPA . Atas
hal ini, perusahaan ingin membantu meringankan beban warga dengan mengadakan
pengobatan gratis secara berkelanjutan, selama masa darurat asap ini.
Dampak kabut asap tidak hanya berdampak pada
kesehatan warga saja melainkan melumpuhkan sebagian besar aktivitas kota
disekitar pulau Sumatera dan Riau salah satunya adalah aktivitas Bandara Udara,
akibat kabut asap yang tebal mengakibatkan gagalnya beberapa penerbangan menuju
maupun keluar dari daerah Sumatera dan Riau.
Meski
beberapa hari terakhir ini kondisi Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim
(SSK) II Pekanbaru, Riau, mulai normal, tetap saja ada sejumlah maskapai tidak
melakukan pelayanan. Airport Duty
Manager Bandara SSK Pekanbaru Ibnu Hasan mengatakan, hari ini ada 27
penerbangan yang membatalkan penerbangan gara-gara asap.
Jadi
27 penerbangan dari berbagai maskapai ini jauh-jauh hari sudah membatakan
penerbangan karena asap. Rencananya semua penerbangan sudah mulai normal,
termasuk 27 penerbangan itu," ucap Ibnu Hasan. Menurut Ibnu, hari ini ada
Bandara Internasional SSK II Pekanbaru melayani 43 penerbangan. Semua
penerbangan lancar sesuai jadwal. Ini diluar 27 penerbangan yang melakukan
cancel jauh-jauh hari.
Respond dan Tanggapan
Warga
Dampak kabut asap di sejumlah daerah, terutama di
Sumatera dan Kalimantan, sudah darurat untuk segera ditangani. Kritik keras
terhadap penanganan dampak kabut asap dari beberapa pihak sudah banyak
dilontarkan, tetapi belum memberikan hasil nyata. Muak dengan cara penanganan
kabut asap yang lambat, Riau memilih jalur hukum.
Sejumlah
elemen masyarakat Riau bakal melakukan gugatan terhadap pemerintah pusat dan
daerah karena dianggap lalai menjaga kesehatan warga Riau dari paparan asap.
Bencana asap yang berkepanjangan dinilai telah melanggar hak manusia paling
asasi, yaitu mendapatkan kesempatan untuk hidup sehat.
Al-Azhar, Ketua Lembaga adat Melayu Riau dalam
pertemuan di Pekanbaru mengatakan "telah membulatkan tekad melakukan tiga
langkah upaya hukum, yaitu upaya class action, citizen law suit, dan legal
standing sekaligus. Gugatan legal standing akan dilakukan lembaga Jaringan
Kerja Penyelamat Hutan Riau (gabungan lembaga pemerhati lingkungan seperti
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), World Wide Fund for Nature (WWF),
dan lain-lain), gugatan citizen law suit oleh kelompok usaha yang dirugikan
bencana asap, dan class action atau gugatan kelompok masyarakat akan dimotori
oleh Lembaga Adat Melayu RiauHadir dalam pertemuan itu Riko Kurniawan, Direktur
Eksekutif Walhi Riau Heri Budiman dan Iwan Syawal selaku calon penggugat dari
jalur citizen law suit, Febri Siswandi dari lembaga Amanat Penderitaan Rakyat
Riau, dan Made Ali dari Riau Corruption Trial.
Menurut
Al Azhar, bencana asap semestinya dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa.
Dampak asap sudah membuat jutaan orang menderita setiap tahun. Pemerintah
merupakan pihak yang paling bertanggung jawab selain korporasi yang menyebabkan
atau lalai menanggulangi kebakaran.
Menurut
Al Azhar, dia tidak setuju jika kalau disebut tidak terjadi efek jera pada
pelaku pembakar lahan atau hutan. Yang paling tidak memiliki efek jera adalah
pemerintah. Rakyat telah memberi mandat kepada Presiden sampai jajaran di
daerah untuk melindungi rakyat. Tetapi mandat itu tidak dilaksanakan.
Pemerintah harusnya belajar dari kejadian yang terus berlangsung selama 18
tahun. Jadi saat ini pemerintah yang harus diberi pelajaran
Al
Azhar juga mengungkapkan kekecewaan kepada Dewan Pertimbangan Presiden yang
menunda rencana pertemuan dengan sekelompok organisasi di Riau, termasuk
Lembaga Adat Melayu Riau (LAM) dan Walhi. Penundaan itu menandakan, pihak
Wantimpres tidak menganggap penting mendapat masukan dari warga Riau.
Protes
kebijakan Pemkot Jambi, Kebijakan yang tidak tegas dari Pemerintah Kota Jambi
salah satunya yang mendapat kritik. Kebijakan itu mengenai kegiatan
belajar-mengajar (KBM) selama masa kabut asap telah memunculkan kekhawatiran
orangtua murid akan dampak kesehatan anak-anak mereka. Seluruh siswa, mulai
dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas, di Kota Jambi dibiarkan tetap
bersekolah di tengah pekatnya asap.
Peduli dampak kabut asap, siswa SMA Islam Bunga
Bangsa Samarinda membagikan masker bagi pengguna jalan di Kota Samarinda.
Menariknya, uang untuk membeli masker hasil patungan seluruh siswa sekolah yang
beralamat di Jalan DI Panjaitan, Samarinda tersebut.
Tak
hanya membagikan masker, para siswa juga membagikan stiker dan gantungan kunci
yang berisi pesan menyambut Tahun Baru Islam.
Kabut
asap akhir-akhir ini semakin pekat dan tentu saja mengganggu kesehatan. Jadi
kami berinisiatif patungan mengumpulkan uang dari siswa kemudian dibelikan
masker yang kami bagikan ke pengguna jalan," kata siswa SMA Islam Bunga
Bangsa, Febrianti Hanuarti Saputri, Jumat (16/10/2015).
Febrianti
menambahkan, kegiatan sosial ini juga untuk mengingatkan pengguna jalan,
khususnya roda dua, agar selalu menggunakan masker saat berada di jalan raya. Kabut
asap semakin pekat akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, terutama
pernafasan. Sekarang kan makin pekat
kabut asapnya, jadi kita ingin mengingatkan warga Samarinda yang menggunakan
kendaraan bermotor untuk tak pernah lepas menggunakan masker saat di jalan raya
atau di luar rumah. Untuk itu kami membagikan masker-masker itu.
Kepala
Sekolah SMA Islam Bunga Bangsa Rahmad Rezki, aksi sosial ini dilakukan dalam
rangka menyambut tahun baru Islam. Kegiatan positif dengan aksi sosial ini
diharapkan mampu menyemarakkan tahun baru Islam yang langsung dirasakan oleh
siswa. Kita ingin menyambut tahun baru
Islam dengan kegiatan yang positif. Siswa kemudian berinisiatif patungan
membeli masker, membuat stiker dan gantungan kunci yang kemudian dibagikan ke
pengguna jalan
Ada
tiga titik lokasi pembagian masker ini yakni Simpang Empat Mall Lembuswana,
Simpang Empat Hotel Mesra dan di depan SMA Islam Bunga Bangsa. Target utama
pembagian masker adalah pengguna jalan yang menggunakan kendaraan roda dua.
Peran Pemerintah
Aib nasional. Itulah sekiranya dua kata yang
menjelaskan dengan gamblang perihal pengaruh kabut asap bagi citra Indonesia.
Berbagai protes dan keluhan berdatangan dalam jumlah yang seakan tak terhingga.
Bahkan di media sosial, terdapat tagar (hashtag) #TerimakasihIndonesia yang
merupakan sindiran dari negara tetangga, Malaysia dan Singapura, terhadap
bencana asap ini.
Sejauh
ini, peran pemerintah seakan tidak maksimal dalam menanggulangi kabut asap.
Beberapa kalangan menuding kurangnya kerjasama antara pemerintah daerah yang
bersangkutan dengan pemerintah pusat sebagai biang keladi ketidakefektivan
penyelesaian masalah ini.
Begitu
menyedihkan bahwa Rapat Satgas Pengendalian Nasional Operasi Darurat Penanganan
Kebakaran Lahan dan Hutan yang Selasa lalu diselenggarakan di Jakarta tidak
dihadiri oleh gubernur-gubernur daerah yang terkena kabut asap.
Gubernur
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan tercatat absen
dengan berbagai alasan dalam rapat tersebut, membuahkan ultimatum oleh Menko
Polhukam kepada mereka. Oleh Luhut, mereka disebut ‘nggak jelas.’ Terlepas dari
ketidakhadiran mereka, rapat membuahkan banyak masukan untuk menanggulangi
bencana. Usulan paling menarik ialah ketika TTA Nyarong menyampaikan
langkah-langkah Kalimantan Barat menanggulangi kebakaran hutan dan kabut asap.
Untuk
tanggulangi, kita sudah bentuk satgas dari sejak bencana belum terjadi. Ada
satgas operasi darat, satgas water bombing, satgas asap, satgas sosialisasi,
dan satgas doa.
Upaya penegakan hukum juga dijalankan untuk mencegah
kebakaran hutan dan lahan. Sejak awal tahun hingga September 2015, Kepolisian
Daerah Riau telah menetapkan 58 tersangka pembakar lahan dan saat ini ada 16
korporasi yang diselidiki keterlibatannya dalam pembakaran lahan. Operasi
mengatasi bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan oleh pemerintah kali
ini merupakan yang terbesar.
Dimana
dalam operasi yang dibantu negara sahabat seperti Malaysia dan Singapore ini
mengerahkan 32 helikopter dan pesawat lainnya untuk operasi udara, yaitu 21
helikopter, 7 fixed wing water bombing, dan 4 unit pesawat hujan buatan. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dari 32 unit heli-pesawat terbang, 6 unit
berasal dari bantuan Malaysia, Singapore dan Australia, baik untuk water
boombing atau memandu water bombing.
Pada
Kamis 15 Oktober water bombing dilakukan di e provinsi yakni Sumatera Selatan
sebanyak 334 kali, Jambi di bagian timur dengan 10 kali, Kalteng 35 kali. Kalsel
73 kali, di Kubu Raya Kalbar sebanyak 28, dan di Riau 32 kali.
Dijelaskan,
untuk operasi di darat digelar dengan melibatkan 22.146 personil tim gabungan
dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, relawan dan lainnya. Dimana di Riau 7.563, Jambi 2.365 personil,
Sumsel 3.694 personil, Kalbar 2.810 personil, Kalteng 3.445 personil dan Kalsel
2.269 personil. Begitu pula operasi penegakan hukum, pelayanan kesehatan dan
sosialisasi juga digelar bersamaan.
Tidak
mudah memadamkan hotspot yang terbakar massif dan luas. Apalagi di lahan gambut
kering yang seringkali menyala kembali dan terbakar di bawah permukaan.
"Pembakaran baru juga masih banyak dilakukan sehingga hotspot terus
fluktuatif," katanya. Pantauan
satelit Terra-Aqua pada Jumat (16-10-2015) menunjukkan hotspot di Sumatera 769
titik yaitu di Bengkulu 7, Jambi 97, Babel 64, Kepri 1, Lampung 38, Riau 22,
Sumsel 537, Sumut 3. Sedangkan di Kalimantan
159 titik yang tersebar di Kalbar 19, Kalsel 5, Kalteng 134, Kaltim 1.
Pemerintah
sudah melakukan berbagai cara untuk memadamkan api untuk menanggulangi bencana
kabut asap tetapi hingga saat ini usaha ini masih belum berhasil secara
keseluruhan dikarenakan masih ada beberapa titik api yang belum dapat
dipadamkan tetapi pemerintah akan terus melakukan kerjasama baik dari
pemerintah pusat dan daerah harus melakukan kerjasama dan menjalankan hubungan
yang baik untuk segera memadamkan titik api agar tidak meluas dan bencana kabut
asap ini dapat segera diselesaikan.